Dari Mas Eddy Susilo
Hallo pak Parto Broto, tepangaken jeneng kulo Eddy, kula alumni sastra jawa sebelas maret surakarta. Kalasemanten kula saged lulus, jalaran ugi novel pak Parto, Pethite Nyi Blorong. Wah kalarumiyin kula kesemsem banget novel detektif pak Parto je. pokoknya gila abis. Sayang pak Parto, ijasah kula niku boten saged kangge pados damelan, kula belot pados damelan boten wonten gandeng cenenge kaliyan sastra jawa. Sameniko pedamelan kula wonten Galeri Nasional Indonesia wonten Jakarta, malah urusane kaliyan lukisan. Nanging kula kinten nggih boten beda tebih kok kaliyan sastra jawa masalahe.
Nanging boten sah kuwatir, aliran darah sastra jawa tetap wonten kok, buktine kula tesih seneng maca novel sastra jawa. Malah kula bungah sanget nemoni situse suparto broto. Keren juga pak semangate, bungkuse sastra jawa wis ora ndesani banget. Suwe2 jeleh juga mbukaki majalah sastra jawa, erane saiki wis internet je.
Wah yen ngeten mbok kula nyuwun informasi utawa dikirimi novel sastra jawa, mengke kula tumbas lah.
salam
Eddy
Tanggapan untuk Mas Eddy Susilo. Terima kasih atas perhatiannya dan masih ingin membacai buku-buku bahasa Jawa. Sekalian saya mau mengabarkan, tahun 2008 ini saya sedang memproses penerbitan tiga buku bahasa Jawa seri Detektip Handaka, yaitu Tretes Tintrim, Garuda Putih, Kunarpa Tan Bisa Kandha. Tiap judul buku saya tambahi tulisan yang mempropagandakan orang untuk menikmati buku bacaan bahasa Jawa. Saya pikir itu perlu terutama untuk para pembaca buku bahasa Jawa. Nah, pada buku Kunarpa Tan Bisa Kandha, saya selipi tulisan Mas Eddy Susilo, mengutip dari SKRIPSI Mas Eddy Susilo pada Kesimpulan dan Saran (halaman 218 – 222). Waktu saya mau mengirimkan kutipan itu ke percetakan, saya sudah mencoba mencari alamat Mas Eddy, salah satunya menghubungi Mas Kelik, yang katanya sering hubungan dengan Mas Eddy, mau minta izin mengutip Kesimpulan dan Saran tadi. Keburu harus memenuhi jadwal terbit (2008), dan setahu juga oleh Mas Kelik, maka saya beranikan mengutip itu pada buku yang mau terbit tadi. Maka dengan kemunculan Mas Eddy ini saya mengabarkan sekalian hal itu. Semoga Mas iklas mengizinkan kutipan itu muncul di buku saya.
Menggemari maupun mengarang buku bahasa Jawa, tentulah tidak bertujuan khusus untuk memperoleh pekerjaan di bidang sastra Jawa. Bahkan saya pun yang sudah jatuh-bangun menggeluti sastra Jawa, keuntungan SATAK (financial) masih susah tercapai (baca blogspot saya menumbuhkembangan bahasa dan sastra Jawa). Oleh karena itu, kalau keahlian (sarjana) Mas Eddy menguasai sastra Jawa tidak bisa digunakan untuk menghidupi Mas Eddy, janganlah berkecil hati. Banyak temannya. Banyak sarjana suatu bidang, akhirnya harus bekerja memakmurkan dirinya di luar bidang keahliannya itu. Maafkan, kalau sastra Jawa maupun kecakapan bicara bahasa Jawa tidak bisa memakmurkan kehidupan para penggemar dan para ahlinya. Tetapi saya masih punya tekad, bertutur bahasa Jawa, membaca buku dan menulis buku bahasa (sastra) Jawa, masih bermanfaat bagi kelestarian/pengembangan dan kebanggaan budaya bangsa, mempertahankan identitas bangsa dari kelenyapannya digilas globalisasi bahasa/budaya dunia. Maka saya usahakan terus kehadiran buku sastra Jawa di dunia. Begitulah.