Mencari Sarang Angin (Posting I)
Novel MENCARI SARANG ANGINKARYA SUPARTO BRATAAspek Tematis Novel
Oleh Dwi Purwitasari
Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta 2005
Menurut Goldmann, konsep struktur mencakup hubungan antara tokoh dengan tokoh dan hubungan antara tokoh dengan dunia atau objek-objek lain yang ada di sekitar tokoh. Selain itu, konsep struktur menurut Goldmann bersifat tematik karena menjadikan relasi antara tokoh dengan objek yang ada di sekitar tokoh sebagai pusat perhatiannya (Faruk, 1994:17).
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung ke dalam teks sebagai suatu struktur senantiasa dan yang menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Sedangkan amanat adalah suatu ajaran moral atau kesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karya sastranya.
Novel Mencari Sarang Angin (MSA), diterbitkan PT. Grasindo Jakarta 2005, mempunyai cerita yang sangat menarik yang sangat sarat dengan sejarah dengan latar di daerah Surabaya, Surakarta, Gresik, dan Yogyakarta. MSA adalah sebuah cerita tentang anak keturunan bangsawan yang bernama Darwan dari Surakarta yang ingin hidup mandiri mencari jati dirinya tanpa meminta bantuan dari orangtuanya. Ia rela meninggalkan kekayaan dan keluarganya demi tercapai keinginannya untuk bisa hidup mandiri. Ia tidak mau menjadi bangsawan yang adigang-adigung-adiguna sehingga merugikan masyarakat. Ia meninggalkan Surakarta ke Surabaya untuk bekerja di suatu surat kabar bahasa Jawa yang bernama Dagblad Expres. Mulai dari situlah konflik bermunculan. Darwan mulai mengenal dunia percetakan dan teman-temannya, dan mulai mengenal daerah Surabaya. Dalam berteman pun, Darwan tidak pilih-pilih, ia ingin berteman dengan siapa saja karena itu merupakan bekal jika dia tinggal di suatu daerah yang baru, tetapi sebagian teman Darwan tidak setuju jika Darwan berteman dengan sembarang orang karena akan mempengaruhi tingkah lakunya. Tetapi Darwan tidak peduli dengan kata orang, dia tetap berteman dengan siapa saja, misalnya saja Rokhim yang dinilai orang sebagai orang yang licik perangainya keras, dan suka memanfaatkan orang, semakin lama Darwan semakin akrab dengannya, bahkan mondok sementara waktu di rumah Rokhim.
Selama di Surabaya Darwan terpikat oleh dua wanita, yang satu adalah Yayi, yaitu seorang wanita Jawa yang pintar, berpenampilan modern seperti noni Belanda, dan yang satu adalah Rokhayah adik Rokhim dengan kepolosannya, tetapi Darwan lebih memilih Yayi untuk menjadi istrinya. Rokhim tidak suka melihat kedekatan antara Darwan dan Yayi akhirnya Rokhim mencelakakan Yayi dan membuat Yayi menjadi buron P.I.D yang selanjutnya terbunuh oleh pulisi militer Jepang, Kenpeitai.
Di Surabaya Darwan mempunyai sahabat orang Belanda bernama Steffie van Daal. Dari dia Darwan belajar banyak halaman, seperti menggunakan mesin ketik, mengendarai mobil, dunia persuratkabaran, bahkan mengajak Darwan bekerja di kantor surat kabar tempat van Daal bekerja menulis artikel dengan bahasa Belanda.
Kehidupan Darwan di Surabaya banyak mengalami kontradiksi karena pada waktu itu sedang terjadi penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang di Surabaya dan sekitarnya. Dia harus kehilangan pekerjaannya karena Dagblad Expres tutup. Tetapi setelah sekian lama menganggur, Darwan diajak bekerja untuk membuat surat kabar Soeara Asia milik Jepang. Kemerdekaan pun akhirnya di dapat bangsa Indonesia, tetapi belum lama merasakan kebebasan dari penjajah, Indonesia kembali dijajah oleh bangsa sendiri yaitu oleh kelompok orang yang tergabung dalam partai komunis (PKI). Surabaya tidak aman lagi. Darwan mengirimkan keluarganya ke Solo. Selama itu dia bekerja dengan mengirim tulisannya ke surat kabar Kedaulatan Rakyat yang berada di Yogyakarta. Akhirnya komunis kalah, Indonesia mendapatkan kemerdekaannya lagi.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel MSA terdiri dari beberapa sub-tema. Sub-tema yang pertama, pengarang ingin mengungkapkan bahwa tidak setiap tokoh seperti Darwan (bangsawan/kaya/kuasa) itu adigang-adigung-adiguna, sehingga merugikan masyarakat (bangsa). Sub-tema yang kedua, kehidupan pers bahasa Jawa mengapa bisa timbul tenggelam, alat-alat yang digunakan apa saja, wartawannya bagaimana, sekmen pembacanya siapa, serta bagaimana bahasa dan hurufnya. Yang ketiga, memaparkan sejarah sosial budaya Surabaya tahun 1935-1950, masyarakatnya, bahasanya, adatnya, kegemarannya, kendaraannya, serta fasilitas kotanya. Yang keempat, sejarah bangsa Indonesia pada zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan ketika terjadi revolusi. Yang kelima, kehidupan perempuan Jawa di Istana bangsawan, di masyarakat kampung serta modern, dan emansipasi dan nasib wanita pada masa itu. Yang keenam, bagaimana kegigihan rakyat Indonesia terutama Surabaya dalam rangka mendapatkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Sub-tema ketujuh, bagaimana usaha para wartawan saat itu untuk mempertahankan dunia pers supaya tidak hilang begitu saja meskipun dalam keadaan perang. Yang kedelapan, kisah percintaan segitiga yang romantis. Dari semua sub-tema tersebut dapat diringkas menjadi sebuah tema yang paling utama yaitu kehidupan Darwan seorang anak bangsawan dalam mencari makna hidup dan mempertahankan hidup di daerah orang yaitu Surabaya dengan banyak sekali peristiwa yang harus dihadapi untuk mendapatkan jati dirinya yang seutuhnya yang didambakan Darwan selama ini serta bagaimana seharusnya rakyat Indonesia bertindak dalam menghadapi masalah untuk mendapatkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Amanat dalam novel ini dilakukan tersirat oleh tokoh dan peristiwa. Amanat yang ingin disampaikan kepada pengarang dalam novel MSA itu adalah supaya para pembaca memahami bagaimana perjuangan yang dialami rakyat Indonesia ketika negara sedang dijajah Belanda, Jepang, Inggris (NICA) dan bangsa sendiri (PKI) pada saat itu. Rakyat Indonesia mengorbankan segalanya bahkan nyawanya sekalipun demi mendapatkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dari peristiwa itu, Suparto Brata menginginkan agar para pembaca mengetahui perjuangan bangsa Indonesia pada saat itu sehingga mereka menyadari bahwa betapa berharganya negara Indonesia ini. Untuk itu sebagai generasi penerus diharapkan agar dapat mempertahankan dan mencintai negara ini, mengisinya dengan segala halaman yang bersifat positif demi kemajuan bangsa, serta menghargai perjuangan para pahlawan yang sudah berjasa dalam negeri ini.
Amanat yang kedua adalah Suparto Brata ingin menyampaikan bahwa dalam hidup ini kita tidak usah melihat status seseorang apakah itu keturunan bangsawan atau bukan, apakah miskin ataupun kaya, baik ataupun tidak dalam kehidupan bermasyarakat, karena itu merupakan halaman yang penting supaya kerukunan dan persatuan tetap terjaga dan harus saling tolong menolong. Selain itu bagaimanapun status orang, di mata Tuhan semua itu sama, semua adalah umat-Nya yang harus terus menjalani hidup. Enak atau tidaknya hidup yang didapat setiap orang adalah tergantung usaha orang tersebut untuk mendapatkan dan mempertahankan hidupnya dengan jalan yang sewajarnya, dan harus selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Orang yang berusaha pasti suatu saat nanti akan menuai hasilnya. Janganlah hidup dalam keputusasaan, karena semakin mudah berputus asa, semakin sulit pula kita untuk meraih apa yang kita inginkan.
Amanat yang ketiga, Suparto Brata mengharapkan agar dunia jurnalis tetap terus berkembang terutama pers dalam bahasa Jawa harus dipertahankan mengingat selama ini pers/karya sastra dalam bahasa Jawa kurang diminati bahkan terancam akan hilang kalau tidak ada orang yang mau mempertahankannya.
Amanat yang terakhir yang ingin disampaikan oleh Suparto Brata dalam novel MSA adalah sebagai seorang anak jangan suka menyepelekan nasihat atau pemberian dari orang tua kita, karena sesukses apapun kita, suatu saat pasti kita akan tetep membutuhkan mereka yang telah membesarkan kita. Seperti halamannya Darwan, walaupun dia sukses di Surabaya, tapi dalam keadaan yang terjepit Darwan kembali juga ke rumah orangtuanya.
Bersambung…
Enjoying reading the posts here, thanks.